Thursday, April 10, 2008
Pemuda yang dirahmati Allah
Ternyata Allah masih menghendaki aku untuk terhindar dari keburukan, dan mendapatkan yang terbaik
Dan tidak pantaslah bagi dunia ini menghinakanku... karena kini aku mulia dengan CintaMu....
Sungguh, Maha Cerdas Allah dengan segala KehendakNya.
Wednesday, April 09, 2008
Teruntuk Bidadari Hatiku
Kepada yang tersayang, bidadari syurgaku yang mulia
Wahai dirimu yang telah lama kutunggu, bagaimanakah khabarmu, dan bagaimana pula khabar imanmu…? Aku disini masih menengadah ke langit, mengintip sedikit celah dipintunya, dan berharap bisa mencuri pandang keelokkan wajahmu barang sekejap.
Wahai bidadari hatiku, aku mungkin belum pernah mengenalmu, belum pernah saling bertemu, apalagi tahu siapa namamu. Aku hanya tahu, bahwa kau ada dan tercipta untukku.
Dari khabar yang kudengar, kau adalah bunga paling merekah di taman syurga, keindahanmu melengkapi kelembutan sinar sang surya di langit kahyangan. katanya kau terus memancarkan harum semerbak, yang menenangkan seisi taman, hingga kesturi pun menaruh iri padamu. Wahai kau sang penyejuk Qolbu, aku sungguh merindukanmu.
I'll count the stars tonight and hope with all my might
And when I close my eyes
You'll be right by my side
If I could only have one wish
You'd be the girl whose lips I'd kiss
All my only dreams
Every waking hour it seems
I only have you in my dreams
So every night I'll pray I'll have you here one day
I'll count the stars tonight and hope with all my might
And when I close my eyes
You'll be right by my side
If I could have just one request
Stay with me girl I confess
All my only dreams
Dalam kesyahduan sepertiga malam, aku mengadu pada Dia yang Maha Menyatukan Hati… aku tersungkur dan bertumpu pada kedua lutut lemahku, mengalunkan nada-nada penuh rindu, dan memohon perkenanNya untuk segera mempertemukanku denganmu. Aku tahu, satu ketika, kau akan datang untuk menyempurnakan rusuk-rusukku, menegakkan tiap langkahku, dan menggenapkan dienku.
Saat itu, tak akan lagi ada sepi dihatiku, karena tawa dan tausiyahmu, akan mengalunkan melodi-melodi cinta. Hatiku tak lagi hanya berwarna biru, karena kau akan menyuburkan taman di sudut-sudutnya, membuatnya meriah dan penuh warna.
Wahai kekasih jiwaku, tengoklah ke kaki bumi, dan kau akan menemukanku menantimu disana. Dan jika satu waktu, Sang Maha Penyatu Rindu mengizinkanmu untuk turun ke bumi dan mendampingiku, akan kuhamparkan permadani merah untuk menyambutmu, dan kutaburi dasar-dasarnya dengan mawar merah dan putih. Permadani itu akan mengantarmu menuju singgasana cinta di istana hatiku, yang telah lama kusiapkan khusus untukmu. Bersama, kita akan bangun kerajaan cinta, dengan cintaNya. Sungguh akan kujaga dan kutata kerajaan itu sehingga ia akan mengingatkanmu pada syurga, dan sejenak akan mengobati kerinduanmu pada JannahNya.
Aku ingin engkau slalu
Hadir dan temani aku
Disetiap langkah
Yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Meski waktu akan mampu
Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tau
Kuslalu milikmu
Yang mencintaimu
Sepanjang hidupku
Istriku, aku mencintaimu karena Allah, dan aku tahu kaupun akan mencintaiku dengan segenap hati, jiwa dan ragamu karena diriNya.
Dari aku yang menunggumu, mengagumimu dan selalu mencintaimu.
Wassalamu’alaikum W.R. W.B.
Kehinaan berbalas Kemuliaan
Ternyata manusia itu benar-benar bodoh, banyak rezeki terhampar, dan nikmat terbentang, tapi mereka malah berpaling meraih kerugian, dan kehinaan. Mereka berdalih bahwa mereka telah khilaf dan tertawan tipu daya dunia, tapi sesungguhnya mereka tak bisa pungkiri, bahwa jutaan petunjuk Allah selalu tersaji kehadapan mereka. Dunia hanya menjadi kambing hitam. Mereka pun menghempaskan kasih sayang Rabb nya ke belakang, seolah2 kasih sayang itu tak pernah berarti. Seolah-olah kasih sayang itu takkan bisa membahagiakan mereka. Tak lupa mereka khianati janjinya pada Rabbnya. Mereka bahkan mempermainkan kasih sayang Allah, dengan selalu menghadirkan maksiat setelah taubat. Sungguh pantaslah manusia itu terbakar dalam adzabNya.
Itulah hal yang terjadi padaku, bertahun lamanya aku berpaling dari Rabb-ku, aku hanya menyapaNya dalam sholatku, itu pun hanya sekelebatan, dan sekedar formalitas, pengguguran kewajiban. Aku pernah menganggap sesuatu itu benar, dan aku begitu merasa yakin padanya. Aku bahkan berani memastikan bahwa hal itu akan membawa kebahagiaan abadi untukku. Aku korbankan segenap jiwa ragaku untuknya, aku memperjuangkannya, lebih dari tentara badar mempertahankan kemuliaannya. Dalam pada itu, tak sedikitpun aku berdiskusi dengan Rabbku, aku begitu yakin, dan aku begitu sombong.
Yang terjadi kemudian adalah jalanku memperjuangkan hal yang kuanggap benar itu, ternyata begitu terjal, penuh kerikil, tajam, berduri, dan seolah tanpa ujung. Walau terkadang ada fatamorgana yang datang mengibur. Kuperas darah dan keringatku untuk menggapainya, namun puncak bukit penantian itu tak kunjung kucapai. Hingga aku mulai putus asa, dan aku mulai menghalalkan segala cara. Tak lagi kupedulikan kehormatanku, tak lagi tersisa kemuliaan dalam hatiku. Aku tak peduli, yang ku pedulikan, adalah bahwa aku harus selalu benar dan menang. Lagi2 kesombongan menyeruak meracuniku.
Sia-sia…. Pengorbananku semua ternyata sia-sia…. Puncak bukit penantian itu ternyata terletak di alam khayal… aku lemas, aku terluka, aku hancur…. Tak ada lagi yang berarti dalam hidupku.. hari demi hari kujelang tanpa makna, hanya penantian menuju kesia-siaan. Kadang kala aku protes padaNya…. Aku tak paham maksudNya. Lain waktu aku berburuk sangka padaNya dengan menyimpulkan kegagalan ini sebagai sebuah hukuman… aku berada di lembah terdangkal kehinaan dunia.
Namun Allah, Dialah Dzat Yang Maha Pengasih, Dia begitu Agung, Dia begitu mulia, bahkan disaat diriku berlaku kurang ajar padaNya, Dia tersenyum padaku dan memberikan uluran tangan. Disaat aku terus menghindar dariNya, dia menghampiriku dan memberikan cahayaNya. Kilau cahaya keAgungan Allah lah yang kemudian meruntuhkan kesombonganku. Sinarnya menerangi hal yang mati-matian kuperjuangkan itu, dan dengan kehendakNya, ia menunjukkan bahwa hal yang kuanggap baik dan benar itu, tak lain merupakan pilihan terburuk dalam hidupku. Dan nikmatMu mana lagikah yang telah kudustakan…..
Allah, keagunganMu, telah mengangkatku dari lembah kehinaan menuju tangga kemuliaan. Ingin rasanya kuhitung tiap jengkal langkahku memperjuangkan hal itu, dan kutebus dengan banyak untaian cinta yang kan kupersembahkan untukMu. Demi diri yang selalu berada dalam genggamanMu, tak lagi ingin aku berjarak dariMu. Allah, mohon perkenankan aku untuk memuliakan cintaMu dalam tiap hembus nafasku, atau sudilah kiranya ENGKAU menyimpulkan hidupku dalam ridho-Mu. Dan aku akan menjadi hamba paling berbahagia dengan pancaran teduh wajah rasulMu, dan dalam belai mesra dekapanMu.
Allah aku sungguh mencintaiMu….