Wednesday, April 09, 2008

Kehinaan berbalas Kemuliaan

Ternyata manusia itu benar-benar bodoh, banyak rezeki terhampar, dan nikmat terbentang, tapi mereka malah berpaling meraih kerugian, dan kehinaan. Mereka berdalih bahwa mereka telah khilaf dan tertawan tipu daya dunia, tapi sesungguhnya mereka tak bisa pungkiri, bahwa jutaan petunjuk Allah selalu tersaji kehadapan mereka. Dunia hanya menjadi kambing hitam. Mereka pun menghempaskan kasih sayang Rabb nya ke belakang, seolah2 kasih sayang itu tak pernah berarti. Seolah-olah kasih sayang itu takkan bisa membahagiakan mereka. Tak lupa mereka khianati janjinya pada Rabbnya. Mereka bahkan mempermainkan kasih sayang Allah, dengan selalu menghadirkan maksiat setelah taubat. Sungguh pantaslah manusia itu terbakar dalam adzabNya.

Itulah hal yang terjadi padaku, bertahun lamanya aku berpaling dari Rabb-ku, aku hanya menyapaNya dalam sholatku, itu pun hanya sekelebatan, dan sekedar formalitas, pengguguran kewajiban. Aku pernah menganggap sesuatu itu benar, dan aku begitu merasa yakin padanya. Aku bahkan berani memastikan bahwa hal itu akan membawa kebahagiaan abadi untukku. Aku korbankan segenap jiwa ragaku untuknya, aku memperjuangkannya, lebih dari tentara badar mempertahankan kemuliaannya. Dalam pada itu, tak sedikitpun aku berdiskusi dengan Rabbku, aku begitu yakin, dan aku begitu sombong.

Yang terjadi kemudian adalah jalanku memperjuangkan hal yang kuanggap benar itu, ternyata begitu terjal, penuh kerikil, tajam, berduri, dan seolah tanpa ujung. Walau terkadang ada fatamorgana yang datang mengibur. Kuperas darah dan keringatku untuk menggapainya, namun puncak bukit penantian itu tak kunjung kucapai. Hingga aku mulai putus asa, dan aku mulai menghalalkan segala cara. Tak lagi kupedulikan kehormatanku, tak lagi tersisa kemuliaan dalam hatiku. Aku tak peduli, yang ku pedulikan, adalah bahwa aku harus selalu benar dan menang. Lagi2 kesombongan menyeruak meracuniku.

Sia-sia…. Pengorbananku semua ternyata sia-sia…. Puncak bukit penantian itu ternyata terletak di alam khayal… aku lemas, aku terluka, aku hancur…. Tak ada lagi yang berarti dalam hidupku.. hari demi hari kujelang tanpa makna, hanya penantian menuju kesia-siaan. Kadang kala aku protes padaNya…. Aku tak paham maksudNya. Lain waktu aku berburuk sangka padaNya dengan menyimpulkan kegagalan ini sebagai sebuah hukuman… aku berada di lembah terdangkal kehinaan dunia.

Namun Allah, Dialah Dzat Yang Maha Pengasih, Dia begitu Agung, Dia begitu mulia, bahkan disaat diriku berlaku kurang ajar padaNya, Dia tersenyum padaku dan memberikan uluran tangan. Disaat aku terus menghindar dariNya, dia menghampiriku dan memberikan cahayaNya. Kilau cahaya keAgungan Allah lah yang kemudian meruntuhkan kesombonganku. Sinarnya menerangi hal yang mati-matian kuperjuangkan itu, dan dengan kehendakNya, ia menunjukkan bahwa hal yang kuanggap baik dan benar itu, tak lain merupakan pilihan terburuk dalam hidupku. Dan nikmatMu mana lagikah yang telah kudustakan…..

Allah, keagunganMu, telah mengangkatku dari lembah kehinaan menuju tangga kemuliaan. Ingin rasanya kuhitung tiap jengkal langkahku memperjuangkan hal itu, dan kutebus dengan banyak untaian cinta yang kan kupersembahkan untukMu. Demi diri yang selalu berada dalam genggamanMu, tak lagi ingin aku berjarak dariMu. Allah, mohon perkenankan aku untuk memuliakan cintaMu dalam tiap hembus nafasku, atau sudilah kiranya ENGKAU menyimpulkan hidupku dalam ridho-Mu. Dan aku akan menjadi hamba paling berbahagia dengan pancaran teduh wajah rasulMu, dan dalam belai mesra dekapanMu.

Allah aku sungguh mencintaiMu….

No comments: