Wednesday, February 13, 2008

Catatan dari Banten (Bagian 1)

Yup.. akhirnya setelah berbulan bulan tertunda, rencana backpacking ke pulau tunda yang udah direncanakan sampe gosong itu ga lagi ke tunda… dari hasil rapat terakhir, disepakati akan ada 13 backpacker yang bakalan ikut nimbrung dalam perjalanan ini. Mereka terdiri dari 6 orang anak kosan sumur buaya (kosan gw,-red : Fajar Tulyakbay, Budi, Gianto, Dayat the Crocoday, Iim Silaturahim, and of course….The one and only…… Me….), 3 orang keluarga Karundang (Dukun Usep,Nike Kakanya Usep, dan Nita ade nya usep), Inna si tuan tanah pulau tunda (dia punya saudara yang tinggal di pulau tunda), Furqon the ucon si native speaker, TA (Tengku Azamat)si jumbo dan Arbi the Tukang fried rice (tampang dan gaya becandanya mendukung julukan tersebut), 2 orang fotografer yang punya kamera SLR canggih dan bisa memuaskan nafsu foto-foto narsis para buaya. Sebetulnya masih ada beberapa orang lagi yang sebelumnya positif ikut, tapi karena ada tragedi Jum’at dodol, (disebut jumat dodol karena ada seorang menteri *&^% yang secara dodol memutuskan untuk membatalkan cuti bersama 2 hari sebelum waktu liburan panjang dimulai…. Analisa gw, mungkin nih menteri terlalu sibuk makan dodol sampe gak sempet ngereview cuti bersama) akhirnya mereka batal ikut… damn…

Malam sebelum keberangkatan, korban jumat dodol bertambah 2 orang, nita dan nike ga jadi berangkat, akhirnya peserta tur berkurang menjadi 11 orang, terdiri dari 9 orang buaya, 1 orang cowo keren berambut kribo tapi cepak, dan 1 orang akhwat…. WHAT… 1 orang akhwat… nah loh… bisa di demo sama GJJ (Gerombolan Jilbab Jenggot) nih…. Seketika para buaya yang ada di kosan, dengan penuh semangat( maksud gw “semangat”) mengerahkan seluruh pulsa dan kebuayaannya untuk mengundang akhwat2 lain yang mereka kenal untuk ikut joint dalam tur ini, tentunya undangan tersebut telah dipertimbangkan terlebih dahulu oleh insting kebuayaan mereka… malam pun berlalu, dan usaha para buaya gagal.

Kami akhirnya berangkat, inna, the only akhwat, terlalu baik untuk batal ikut, dia merasa ga enak sama peserta lainnya, karena kalo dia ga ikut, tour ini akan batal di hari keberangkatannya (secara.. fasilitator pulau tunda ini kan si inna). Lagipula, di pulau tunda kan si inna akan tinggal bersama keluarganya… so, show will go on… tarik maang…..

Begini skenarionya… Hari kamis, kami semua berangkat menuju serang dan menginap di rumah gw sambil menikmati malam dengan hidangan khas keluarga gw. Ke esokan Paginya, kami akan bergegas menuju pulau tunda, sepagi mungkin karena kami para pria ga mau ketinggalan sholat jumat (jarang kan ada buaya yang masih inget sholat). Trus sabtu nya kami pulang dan tiba di rumah dengan selamat. Rencana pun dijalankan….. gw, fajar, dan ucon sebagai pribumi di tanah banten berangkat duluan untuk mempersiapkan karpet merah menyambut kedatangan tamu-tamu depok yang terhormat ini… hueeek…. Nggak sudi….

Gw dan ucon pergi ke pelabuhan buat sewa boot, sedang kan si tulyakbay pulang ke rumah karena kangen sama mamanya (…..#$@%#$^…. ?). back to my job, setelah 1 jam berkeliling pelabuhan, akhirnya diputuskan unuk menyewa boot bermesin besar seharga 400 ribu/ hari. Sebetulnya kami dapat tawaran boot yang lebih murah Rp. 300 Ribu/hari, tapi mesinnya lebih kecil, gw dan ucon menilai boot yang mesinnya lebih kecil itu bakalan kurang nampol kalo berhadapan dengan ombak besar.

Nelayan yang akan mengantar kami ke pulau tunda bernama soeharto, beliau nelayan asal bugis yang mencari peruntungan di banten (makin mantep deh gw, bugis gitu loooh… kalo di laut bisa napas pake insang, dan nyawanya 10, walaupun kalo ilang 1, ilang smua…..). Saat tawar menawar harga berlangsung, juragan pemilik perahu boot kebetulan hadir. Kedatangan beliau sebetulnya bukan untuk ikutan nego, tapi untuk berkoordinasi dengan si nelayan soal rencana beliau mancing esok hari. Seusai tawar menawar, obrolan kami pun berlanjut dengan sang pemilik perahu. Seperti obrolan orang tua – anak muda pada umumnya, obrolan saat itu banyak diisi dengan cerita pengalaman si pemilik, plus wejangan dan hikmahnya. Dari cerita beliau, diketahuilah bahwa beliau ternyata adalah pensiunan marinir yang setelah pensiun memutuskan untuk mencari nafkah dari mencari ikan di laut. Banyak cerita-cerita bermakna yang beliau bagi ke kami hari itu, salah satu yang berkesan adalah pengakuan beliau bahwa dulu sewaktu masih aktif menjadi marinir, beliau sering mendapatkan uang “panas” dari tempat2 yang kurang jelas, tapi kemudian beliau bertobat karena merasa uang berlimpah yang beliau terima terasa kurang berkah dan tidak termanfaatkan maksimal untuk membahagiakan kehidupan beliau dan keluarganya. Beliau bilang : “memang uang setan itu hanya akan dinikmati oleh setan”…… Mantabbbb…

Oh iya, di pelabuhan gw sempet berkoordinasi dengan Polair setempat, menanyakan nomor2 darurat, dan meminta pandangan mereka tentang perjalanan kami. Tanggapannya, tidak seperti yang kami harapkan. Para polair ini tidak merekomendasikan kami untuk berangkat, karena menurut mereka cuaca sedang tidak bersahabat, dan angin lagi kencang….. Hmmm… . akan ada pembahasan serius nih di rumah gw…

No comments: