Karena tidak membawa perlengkapan renang, dan karena cukup waras untuk tidak berenang bersama para buaya, inna hanya menikmati pemandangan dari pinggir pantai. Iim si mungil bersikap baik hati dengan menemani inna di pinggir pantai. Gw sempat berenang beberapa kali dan menikmati pemandangan bawah laut secara langsung, tapi ga begitu lama, karena di otak gw masih terbayang film dokumenter Planet Earth nya BBC tentang Shallow Seas…. Di film itu disebutkan bahwa laut dangkal adalah taman bermain buat ikan kecil, mereka banyak berkumpul disana, dan itu berarti adalah surga buat ikan yang lebih besar untuk menjalankan peran mereka sebagai predator…. Termasuk diantaranya HIU….. Hiiiii… HIUUU…. Jujur aja, gw suka ngeliat kegagahan hiu di TV, tapi gw ga mau bertatap muka secara langsung dengan monster itu…. Hiiii….. mukanya jelek, mulutnya monyong, giginya tonggos….(awas.. yang ngetawain gw dan bilang gw penakut… gw jitak….). Ngeliat pemandangan bawah laut dalam beberapa menit cukup membuat gw puas, dan setelah itu gw konsentrasi mengawasi perairan, kalau-kalau tuh monster tonggos muncul… kumpulan ikan kecil, dan darah temen2 gw jelas bakal memancing hiu untuk datang. As we know, hiu sangat sensitive terhadap darah, se sensitive penglihatan crocoday terhadap bibit unggul dan luna maya….. (awas…yang bilang gw parno gw selepet….). Tapi untunglah kekhawatiran gw ga terjadi (ini ga membuktikan gw parno loh ya…. Ingat loh… selepetan gw maut….), dan akhirnya kami semua kembali ke rumah teh romlah dengan selamat dan membawa foto2 syur….
Sabtu pagi kami bersiap kembali ke serang. Sebelum berangkat kami berkesempatan untuk sekali lagi mencicipi ikan kembung dan sambal teh romlah. Kemudian kami berpamitan, foto-foto, dan pulang dengan menggunakan kapal ferry pulau tunda, satu-satunya angkutan umum ke pulau itu, dan hanya beroperasi tiap hari rabu, sabtu dan senin. Biaya untuk menumpang kapal ferry itu cukup murah, yaitu, 13 Ribu rupiah. Kapal ferry pulau tunda ini cukup besar, dan memberikan rasa aman yang lebih kepada kami.
Namun sayang, ombak yang kami hadapi di perjalanan lebih besar dari hari sebelumnya.... kapal kami bergoyang gila diterjang ombak. inna, iim dan arbi langsung mempersenjatai diri dengan kantong kresek… keadaan mereka diperparah dengan posisi tempat duduk di kapal yang berada di pinggir dan saling berhadapan, seperti posisi tempat duduk dalam mikrolet. Kondisi seperti ini sangat mendukung perut untuk meluapkan segala yang dilimpahkan kepadanya dari kerongkongan, dan bikin kepala jadi pusing. Sementara iim, inna dan arbi terkulai meratapi nasib, gw dan yang lainnya duduk di depan kapal fery dan sekali lagi menikmati terjangan ombak dan hamparan lautan luas, sambil bercakap – cakap dengan beberapa pemuda lokal yang juga hobby mejeng di depan kapal. Dari percakapan itu kami dapat kabar bahwa perairan tempat kami berenang dan menikmati terumbu karang kemarin adalah perairan yang banyak dihuni oleh ikan HIU…… (see….. gw ga paranoid kan….).
Dengan kapal ferry, perjalanan dilakukan dengan lebih cepat. Dalam waktu 2 jam, kami sudah tiba di pelabuhan karangantu. Dengan menggunakan mobil gw, dan dengan mencarter angkot untuk mengangkut barang, kami berjalan menuju rumah gw yang Cuma 15 menit dari karangantu. Kami pun istirahat sampai siang hari disana. Di serang, gw sempet baca berita bahwa ternyata perairan banten sedang dalam kondisi yang gawat dan berbahaya, ombaknya cukup tinggi, dari 1,1 M, hingga 2,1 M, para nelayan banyak yang batal melaut beberapa hari ini. Itu berarti, perjalanan kami 2 hari ini adalah perjalanan nekad yang dilakoni oleh orang-orang “sakit”…. gila… untung selamet….
No comments:
Post a Comment