Wednesday, February 13, 2008

Catatan dari Banten (Bagian 2)

Gerombolan depok pun tiba, para pria berkumpul di Optik Bokap gw di Royal (Royal adalah nama jalan pusat perbelanjaan klasik di serang), sementara si inna, yang juga berasal dari serang, pulang ke rumahnya, dan baru akan bergabung besok pagi. Sebelum berangkat ke rumah gw, kami berbelanja bekal perjalanan dulu di Mal serang, Mal terbesar di kota serang, yang letaknya ga jauh dari Royal. Kami patungan 35 ribu per orang untuk belanja perbekalan ini. Setelah selesai berbelanja, kami pergi menuju ke rumah gw di daerah kasemen yang terletak di Banten lama, ga jauh dari pelabuhan karangantu tempat kami berangkat besok pagi. Perjalanan dari royal ke kasemen menumpuh waktu sekitar 40 menit, dengan meminjam mobil bokap gw..(hehehe… lumayan lah buat mereduksi biaya backpacking kami…). Sebetulnya waktu tempuhnya tidak selama itu, andai saja royal tidak macet, tapi, yah begitulah royal, selalu macet dan semrawut hampir sepanjang hari.

Di rumah gw, kami langsung disambut dengan hidangan yang menggugah selera, nyokap gw malam itu masak ayam bakar, ikan bakar, sayur asem, bebek pangang, dan sate daging sapi (yang ini kelasnya bintang lima) yang muantabbb….

Buat ucon yang ga suka ikan, ayam dan sate daging plus emping adalah hidangan yang menyenangkan. Buat gw, fajar, dan TA yang pemakan segala, ini surga..…. Yummy…. Selesai makan, kami (minus gianto yang sudah tidur dengan gaya akrobatik…. Ini serius, bukan berlebihan, benar-benar akrobatik..) mendiskusikan rencana untuk esok hari. Mengacu pada tanggapan polair, diskusi kami kemudian lebih banyak merencanakan rencana lain seandainya rencana ke pulau tunda batal. Diskusi itu ditutup dengan jokes-jokes usep dan anak2 kosan sampai kami semua tertidur mesra...

Pagi hari sebelum shubuh, kami semua bersiap. Inna tiba di rumah gw pas shubuh dengan diantar oleh ibunya dan seorang supir. Seusai sholat shubuh bersama, kami berangkat ke pelabuhan dengan menumpang mobil gw dan mobil inna. Kepastian jadi atau tidaknya kami ke pulau tunda akan diputuskan setelah kami bertemu dengan pak soeharto. Sebelum berangkat, kami semua menitipkan catatan nomor Hp kami dan telepon rumah, serta nomor pak harto dan nomor darurat ke nyokap gw, just in case terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Sampai di pelabuhan, kami merasakan angin yang bertiup kencang. Ucon langsung turun menghampiri pak harto dan menanyakan pendapatnya… eng ing eng…… Jadi ... Kami tetap berangkat….…dengan lega dan bercampur sedikit cemas (pak harto enak orang bugis, nyawanya 10, nah kita…kalo jadi jenazah di laut gimana… bakalan jadi halal dong buat sumanto… secara… jenazah laut kan halal), kami mulai memasukkan barang ke perahu boot, dan tak lama kemudian, perahu pun jalan….

Di tengah perjalanan tak ada pemandangan lain selain air yang memenuhi seluruh penglihatan, hanya sesekali terlihat pulau kecil dan kawanan burung bangau yang melintas. Ombak di tengah laut mencapai tinggi 1 meter bahkan lebih, cukup untuk membuat inna, arbi dan iim mabok… sementara yang lain, tetap ceria dan bercanda konyol sambil menikmati goyangan ombak dan cipratan (tepatnya guyuran) air laut. Di tengah laut ini, ego manusia gw terkikis…. Sewaktu di darat gw bisa dengan PD merasa masih cukup kuat untuk hidup 100 tahun lagi, tapi di sini, di tengah lautan luas, nyawa gw ga lebih panjang dari lebar perahu pak harto…..

Setelah 2, 5 jam menyeberangi lautan, kami tiba di pulau tunda. Inna yang masih boot lag (apaan tuh… ?)langsung mencari rumah saudaranya yang bernama teh Romlah. Kami para pria membuntutinya di belakang. Populasi pulau tunda tidak lebih besar dari komplek rumah gw, jadi dengan mudah kita bisa bertanya dan menemukan rumah teh romlah. Dalam perjalanan menuju rumah teh romlah kami melihat seperangkat sel solar yang kami duga digunakan oleh penduduk untuk mensuplai listrik di pulau ini. Canggih juga ya… teknologi kaya gitu bisa masuk ke pulau kecil ini… namun demikian karena keterbatasan daya, listrik hanya bisa digunakan pada malam hari. Setibanya di rumah teh romlah, kami beristirahat sejenak, sholat jumat di masjid pulau tunda, lalu menuju pantai barat untuk mencari spot yang oke untuk mendirikan tenda. Di pantai barat kami menemukan satu spot kandidat tempat tenda didirikan, dan menara pemantau, tempat yang asyik buat foto-foto…..

Dari pantai barat kami menuju pantai timur, untuk tujuan yang sama, plus berenang. Dengan diantar oleh salah satu saudaranya inna, mang udin, kami berjalan membelah pulau tunda. Tanpa di duga, ternyata pulau ini punya banyak sawah dan kebun, mirip daerah pedalaman di pulau jawa. saat itu gw jadi merasa akan menemukan kota dan angkot di ujung jalan sana. Sampai di pantai timur, kami disambut dengan hujan. Wilayah pantai timur ternyata tidak sesuai dengan yang kami harapkan. Bibir pantainya sempit, tidak terdapat tanah lapang, dan pantainya dipenuhi karang. Akhirnya kami memutusan kembali ke pantai barat, dan hanya membawa foto2 penyiksaan arbi di pantai timur (tampang dan gaya arbi memang sangat menggoda kami untuk menyiksanya, apalagi celetukan-celetukannya… meen… tiap kali dia nyeletuk, kami semua serasa ingin mengheningkan cipta dan memanjatkan doa untuk kesembuhan arbi).

To be honest, pemandangan dan objek di pulau tunda tidak sebagus yang kami bayangkan, bahkan di pantai barat sekalipun, kami cuma disuguhkan dengan pantai yang penuh dengan karang2 yang sudah mati….. Jelas, terumbu karang di pulau ini berada diluar 6% terumbu karang yang dirawat oleh pemerintah negeri ini (ya, Cuma 6%, padahal Indonesia adalah Negara dengan keragaman hayati dan hewani bawah laut terkaya di Dunia). Terumbu-trumbu karang ini sepertinya rusak oleh sampah dan kotoran bokong2 tidak bertanggung jawab……Andai saja makhluk-makhluk laut bisa berbicara, mungkin mereka akan mengumpat bokong-bokong itu…

Kami hampir saja kecewa sebelum akhirnya gianto dan crocoday mengejutkan kami dengan penemuan pemandangan laut dangkal dan terumbu karang yang menakjbkan dan terletak tak seberapa jauh dari bibir pantai. Kekecewaan kami pun menghilang, dan perjuangan kami terbayar tuntas dengan keindahan keanekaragaman hayati di laut dangkal pulau tunda. Warna warni terumbu karang, ikan-ikan kecil berwarna-warni dan makhluk-makhluk lainnya menjadi hal menarik untuk kami. Ini kali pertama kami melihat keindahan ini secara langsung. Pemandangan ini mengingatkan kami pada film Finding Nemo….and yes, we found nemo down there… lot of nemos…. Yang lebih menarik lagi, pemandangan ini bisa dinikmati tak jauh dari pantai, kaki kami bahkan bisa menginjak dasar laut, dengan kepala masih berada di atas air. Sembilan orang dari kami berenang liar di sana, dan saling berebut untuk memakai kacamata renang yang memang terbatas jumlahnya. Kombinasi ombak dan karang membuat tubuh kami luka-luka, tapi harga untuk luka itu jelas terbayar kontan.

No comments: